| DropBox | 4shared | Box
Download (EPUB)
| DropBox | 4shared | Box
Buku ini adalah Buku Ketiga
Bagian pertama, The Fellowship of the Ring (Sembilan Pembawa Cincin), mengisahkan bagaimana Gandalf si Kelabu menemukan bahwa cincin yang dimiliki Frodo si Hobbit ternyata sebenarnya Cincin Utama, penguasa semua Cincin Kekuasaan. Di dalamnya diceritakan tentang
pelarian Frodo dan pendamping-pendampingnya dari kampung halaman mereka yang damai di Shire, dikejar teror para Penunggang Hitam dari Mordor, sampai akhirnya, dengan bantuan Aragorn sang Penjaga Hutan dari Eriador, mereka tiba di Rumah Elrond di Rivendell setelah melewati bahaya-bahaya yang dahsyat. Rapat Akbar Dewan Penasihat Elrond diadakan. Di sana diputuskan untuk mencoba menghancurkan Cincin Utama, dan Frodo ditunjuk sebagai Pembawa Cincin. Kemudian dipilihlah anggota-anggota kelompok Pembawa Cincin yang bertugas membantu Frodo dalam perjalanannya: sedapat mungkin pergi ke Gunung Api di Mordor, satu-satunya tempat Cincin itu bisa dimusnahkan. Sembilan Pembawa Cincin itu adalah:
Aragorn, dan Boromir putra penguasa Gondor, mewakili Manusia;
Legolas putra Raja Peri dari Mirkwood, sebagai wakil kaum Peri;
Gimli putra Gloin dari Gunung Sunyi, sebagai wakil kaum Kurcaci;
Frodo dengan pelayannya Samwise, dan kedua kerabatnya yang masih belia, Meriadoc dan Peregrin, wakil kaum Hobbit; serta Gandalf si Kelabu (Penyihir).
Para Pembawa Cincin melakukan perjalanan rahasia jauh dari Rivendell di Utara, sampai suatu saat mereka gagal dalam upaya melintasi puncak Caradhras di musim salju, lalu mereka dituntun oleh Gandalf melewati gerbang tersembunyi dan masuk ke Pertambangan Moria yang luas, sambil mencari jalan di bawah pegunungan. Di sana Gandalf jatuh ke dalam jurang gelap setelah bertempur dengan makhluk mengerikan dari neraka. Aragorn, yang ternyata putra mahkota Raja-Raja Barat zaman purba, kemudian memimpin rombongan itu keluar dari Gerbang Timur Mona, melewati negeri Peri, Lorien, dan mengarungi Sungai Anduin, sampai mereka tiba di Air Terjun Rauros.
Mereka sudah menyadari bahwa perjalanan mereka dipantau mata-mata, dan makhluk mengenaskan bernama Gollum, yang pernah menjadi pemilik Cincin Utama dan masih mendambakannya, sedang mengikuti jejak mereka. Tibalah saatnya mereka harus memutuskan apakah akan pergi ke timur, ke Mordor; atau pergi dengan Boromir untuk mendukung Minas Tirith, ibukota Gondor, dalam perang yang akan segera berkobar; atau saling memisahkan diri. Ketika ternyata Pembawa Cincin sudah bertekad melanjutkan perjalanannya yang nekat ke negeri sang Musuh, Boromir berusaha merebut Cincin dengan kekerasan. Bagian pertama berakhir dengan tergodanya Boromir oleh Cincin Utama; pelarian dan lenyapnya Frodo bersama pelayannya Samwise; dan tercerai-berainya sisa rombongan Pembawa Cincin oleh serangan mendadak pasukan Orc, yang sebagian melayani Penguasa Gelap dari Mordor, dan sebagian lainnya adalah anak buah pengkhianat dari Isengard, Saruman. Perjalanan sang Pembawa Cincin rupanya sudah dibuyarkan oleh malapetaka.
Bagian kedua (Buku Tiga dan Empat), The Two Towers (Dua Menara), mengisahkan sepak-terjang masing-masing anggota rombongan setelah Sembilan Pembawa Cincin tercerai-berai. Buku Tiga menceritakan penyesalan dan kematian Boromir, serta penghanyutan jenazahnya dalam perahu yang dilepaskan mengarungi Air Terjun Rauros; tentang ditangkapnya Meriadoc dan Peregrin oleh pasukan Orc, yang membawa mereka ke Isengard melewati padang-padang timur Rohan; dan tentang pengejaran mereka oleh Aragorn, Legolas, dan Gimli. Muncullah kemudian para Penunggang Kuda Rohan. Pasukan berkuda yang dipimpin Eomer sang Marsekal, mengepung pasukan Orc di perbatasan Hutan Fangorn, dan memusnahkan mereka; tapi kedua hobbit melarikan diri ke dalam hutan dan di sana mereka bertemu Treebeard si Ent, penguasa rahasia Fangorn. Ketika mendampinginya, kedua hobbit menyaksikan bangkitnya amarah bangsa Pohon dan perjalanan mereka ke Isengard. Sementara itu Aragorn dan kawan-kawannya bertemu Eomer yang baru pulang dari pertempuran melativan Orc. Eomer meminjami mereka kudakuda, dan mereka melanjutkan perjalanan ke hutan.
Dalam perjalanan mencari kedua hobbit, mereka bertemu lagi dengan Gandalf yang sudah kembali dari kematian, dan kini menjadi Penunggang putih, namun masih terselubung jubah kelabu. Bersama Gandalf mereka melaju melintasi Rohan sampai ke balairung Raja Theoden dari Mark, di mana Gandalf menyembuhkan raja tua itu dan membebaskannya dari sihir Wormtongue, penasihatnya yang jahat, yang sebenarnya merupakan komplotan Saruman. Kemudian mereka maju bersama Raja dan pasukannya untuk bertempur melawan pasukan Isengard, dan ikut berperan dalam kemenangan tipis pertempuran di Homburg. Kemudian Gandalf menuntun mereka ke Isengard. Di sana mereka menemukan benteng megah itu sudah menjadi puing berkat bangsa Pohon, sedangkan Saruman dan Wormtongue terkepung dalam menara Orthanc yang masih gigih bertahan. Dalam pembicaraan di depan pintu, Saruman menolak untuk menyerah, maka Gandalf memecatnya dan mematahkan tongkat sihirnya, meninggalkan Saruman di bawah pengawasan para Ent. Dari sebuah jendela tinggi Wormtongue melemparkan sebentuk batu ke arah Gandalf, namun tidak kena sasaran, dan batu itu dipungut oleh Peregrin. Ternyata itu salah satu dari tiga palantiri yang masih tersisa, Batu Penglihatan dari Numenor. Larut malam, Peregrin tergoda oleh Batu itu; ia mencurinya dan memandang ke dalamnya, sehingga terungkaplah dirinya di depan Sauron.
Buku ketiga berakhir dengan kedatangan Nazgul yang melintas di atas padang Rohan. Hantu Cincin yang menunggang kuda terbang ini adalah pertanda perang akan segera dimulai. Gandalf menyerahkan palantir pada Aragorn, dan pergi ke Minas Tirith sambil membawa Peregrin. Buku Keempat menceritakan Frodo dan Samwise yang kini tersesat di perbukitan gersang Emyn Mull. Dikisahkan bagaimana mereka lolos dari perbukitan, dan disusul oleh Smeagol-Gollum; dan bagaimana Frodo menjinakkan Gollum, bahkan hampir melenyapkan kekejiannya, sehingga Gollum mengantar mereka melintasi Rawa-Rawa Mati dan daratan-daratan yang telah rusak, sampai ke Morannon, Gerbang Hitam Negeri Mordor di Utara. Ternyata mustahil bisa masuk lewat Gerbang itu, dan Frodo menerima saran Gollum: agar mencari “jalan masuk rahasia” yang diketahui Gollum, di sebelah selatan di Gunung Bayang-Bayang, di tembok-tembok barat Mordor.
Dalam perjalanan ke sana, mereka ditawan pasukan pengintai bangsa Gondor yang dipimpin Faramir, adik Boromir. Faramir menemukan rahasia misi mereka, tapi Ia berhasil menolak godaan yang membuat Boromir takluk, dan ia melepas kepergian mereka pada tahap terakhir perjalanan mereka ke Cirith Ungol, Celah Labah-Labah; ia memperingatkan mereka bahwa tempat itu penuh bahaya maut, yang belum diceritakan sepenuhnya oleh Gollum pada mereka. Saat mereka sampai ke Persimpangan Jalan, dan mengambil arah menuju kota. Minas Morgul yang mengerikan, kegelapan besar keluar dari Mordor, menyelubungi seluruh daratan. Lalu Sauron mengirim pasukannya yang pertama, di bawah pimpinan Raja para Hantu Cincin: Perang Cincin sudah dimulai. Gollum menuntun kedua hobbit menuju jalan rahasia yang menghindari Minas Morgul, dan dalam kegelapan akhirnya mereka sampai ke Cirith Ungol. Di sana Gollum kembali ke wataknya yang keji, dan berupaya mengkhianati kedua hobbit itu masuk dalam perangkap , penguasa celah tersebut, Shelob, makhluk yang mengerikan. Namun ia terhalang oleh kepahlawanan Samwise, yang menangkis serangan Shelob dan melukainya. Bagian kedua berakhir dengan pilihan Samwise.
Frodo, yang sudah disengat Shelob, tergeletak mati, atau begitulah kelihatannya: misi mereka terpaksa berakhir dengan malapetaka, atau Samwise harus meninggalkan majikannya. Akhirnya Sam mengambil Cincin dan berusaha melanjutkan sendirian misi yang tampaknya sia-sia itu. Tapi tepat saat Ia akan masuk ke daratan Mordor, beberapa Orc datang dari Minas Morgul dan turun dari menara Cirith Ungol yang berfungsi menjaga puncak celah. Dalam keadaan tidak tampak karena memakai Cincin, Samwise menguping percakapan para Orc bahwa Frodo bukan mati, tapi hanya pingsan. Namun sudah terlambat ketika ia mengejar mereka; para Orc menggotong tubuh Frodo ke terowongan yang menuju pintu belakang menara mereka. Samwise jatuh pingsan di depannya ketika pintu itu berdentang tertutup. Buku ini, yang ketiga dan terakhir, akan menceritakan strategi pertarungan antara Gandalf dan Sauron, sampai ke bencana terakhir dan sirnanya kegelapan besar. Tapi mula-mula kita tinjau dulu kisah pertempuran di Barat.
Bagian pertama, The Fellowship of the Ring (Sembilan Pembawa Cincin), mengisahkan bagaimana Gandalf si Kelabu menemukan bahwa cincin yang dimiliki Frodo si Hobbit ternyata sebenarnya Cincin Utama, penguasa semua Cincin Kekuasaan. Di dalamnya diceritakan tentang
pelarian Frodo dan pendamping-pendampingnya dari kampung halaman mereka yang damai di Shire, dikejar teror para Penunggang Hitam dari Mordor, sampai akhirnya, dengan bantuan Aragorn sang Penjaga Hutan dari Eriador, mereka tiba di Rumah Elrond di Rivendell setelah melewati bahaya-bahaya yang dahsyat. Rapat Akbar Dewan Penasihat Elrond diadakan. Di sana diputuskan untuk mencoba menghancurkan Cincin Utama, dan Frodo ditunjuk sebagai Pembawa Cincin. Kemudian dipilihlah anggota-anggota kelompok Pembawa Cincin yang bertugas membantu Frodo dalam perjalanannya: sedapat mungkin pergi ke Gunung Api di Mordor, satu-satunya tempat Cincin itu bisa dimusnahkan. Sembilan Pembawa Cincin itu adalah:
Aragorn, dan Boromir putra penguasa Gondor, mewakili Manusia;
Legolas putra Raja Peri dari Mirkwood, sebagai wakil kaum Peri;
Gimli putra Gloin dari Gunung Sunyi, sebagai wakil kaum Kurcaci;
Frodo dengan pelayannya Samwise, dan kedua kerabatnya yang masih belia, Meriadoc dan Peregrin, wakil kaum Hobbit; serta Gandalf si Kelabu (Penyihir).
Para Pembawa Cincin melakukan perjalanan rahasia jauh dari Rivendell di Utara, sampai suatu saat mereka gagal dalam upaya melintasi puncak Caradhras di musim salju, lalu mereka dituntun oleh Gandalf melewati gerbang tersembunyi dan masuk ke Pertambangan Moria yang luas, sambil mencari jalan di bawah pegunungan. Di sana Gandalf jatuh ke dalam jurang gelap setelah bertempur dengan makhluk mengerikan dari neraka. Aragorn, yang ternyata putra mahkota Raja-Raja Barat zaman purba, kemudian memimpin rombongan itu keluar dari Gerbang Timur Mona, melewati negeri Peri, Lorien, dan mengarungi Sungai Anduin, sampai mereka tiba di Air Terjun Rauros.
Mereka sudah menyadari bahwa perjalanan mereka dipantau mata-mata, dan makhluk mengenaskan bernama Gollum, yang pernah menjadi pemilik Cincin Utama dan masih mendambakannya, sedang mengikuti jejak mereka. Tibalah saatnya mereka harus memutuskan apakah akan pergi ke timur, ke Mordor; atau pergi dengan Boromir untuk mendukung Minas Tirith, ibukota Gondor, dalam perang yang akan segera berkobar; atau saling memisahkan diri. Ketika ternyata Pembawa Cincin sudah bertekad melanjutkan perjalanannya yang nekat ke negeri sang Musuh, Boromir berusaha merebut Cincin dengan kekerasan. Bagian pertama berakhir dengan tergodanya Boromir oleh Cincin Utama; pelarian dan lenyapnya Frodo bersama pelayannya Samwise; dan tercerai-berainya sisa rombongan Pembawa Cincin oleh serangan mendadak pasukan Orc, yang sebagian melayani Penguasa Gelap dari Mordor, dan sebagian lainnya adalah anak buah pengkhianat dari Isengard, Saruman. Perjalanan sang Pembawa Cincin rupanya sudah dibuyarkan oleh malapetaka.
Bagian kedua (Buku Tiga dan Empat), The Two Towers (Dua Menara), mengisahkan sepak-terjang masing-masing anggota rombongan setelah Sembilan Pembawa Cincin tercerai-berai. Buku Tiga menceritakan penyesalan dan kematian Boromir, serta penghanyutan jenazahnya dalam perahu yang dilepaskan mengarungi Air Terjun Rauros; tentang ditangkapnya Meriadoc dan Peregrin oleh pasukan Orc, yang membawa mereka ke Isengard melewati padang-padang timur Rohan; dan tentang pengejaran mereka oleh Aragorn, Legolas, dan Gimli. Muncullah kemudian para Penunggang Kuda Rohan. Pasukan berkuda yang dipimpin Eomer sang Marsekal, mengepung pasukan Orc di perbatasan Hutan Fangorn, dan memusnahkan mereka; tapi kedua hobbit melarikan diri ke dalam hutan dan di sana mereka bertemu Treebeard si Ent, penguasa rahasia Fangorn. Ketika mendampinginya, kedua hobbit menyaksikan bangkitnya amarah bangsa Pohon dan perjalanan mereka ke Isengard. Sementara itu Aragorn dan kawan-kawannya bertemu Eomer yang baru pulang dari pertempuran melativan Orc. Eomer meminjami mereka kudakuda, dan mereka melanjutkan perjalanan ke hutan.
Dalam perjalanan mencari kedua hobbit, mereka bertemu lagi dengan Gandalf yang sudah kembali dari kematian, dan kini menjadi Penunggang putih, namun masih terselubung jubah kelabu. Bersama Gandalf mereka melaju melintasi Rohan sampai ke balairung Raja Theoden dari Mark, di mana Gandalf menyembuhkan raja tua itu dan membebaskannya dari sihir Wormtongue, penasihatnya yang jahat, yang sebenarnya merupakan komplotan Saruman. Kemudian mereka maju bersama Raja dan pasukannya untuk bertempur melawan pasukan Isengard, dan ikut berperan dalam kemenangan tipis pertempuran di Homburg. Kemudian Gandalf menuntun mereka ke Isengard. Di sana mereka menemukan benteng megah itu sudah menjadi puing berkat bangsa Pohon, sedangkan Saruman dan Wormtongue terkepung dalam menara Orthanc yang masih gigih bertahan. Dalam pembicaraan di depan pintu, Saruman menolak untuk menyerah, maka Gandalf memecatnya dan mematahkan tongkat sihirnya, meninggalkan Saruman di bawah pengawasan para Ent. Dari sebuah jendela tinggi Wormtongue melemparkan sebentuk batu ke arah Gandalf, namun tidak kena sasaran, dan batu itu dipungut oleh Peregrin. Ternyata itu salah satu dari tiga palantiri yang masih tersisa, Batu Penglihatan dari Numenor. Larut malam, Peregrin tergoda oleh Batu itu; ia mencurinya dan memandang ke dalamnya, sehingga terungkaplah dirinya di depan Sauron.
Buku ketiga berakhir dengan kedatangan Nazgul yang melintas di atas padang Rohan. Hantu Cincin yang menunggang kuda terbang ini adalah pertanda perang akan segera dimulai. Gandalf menyerahkan palantir pada Aragorn, dan pergi ke Minas Tirith sambil membawa Peregrin. Buku Keempat menceritakan Frodo dan Samwise yang kini tersesat di perbukitan gersang Emyn Mull. Dikisahkan bagaimana mereka lolos dari perbukitan, dan disusul oleh Smeagol-Gollum; dan bagaimana Frodo menjinakkan Gollum, bahkan hampir melenyapkan kekejiannya, sehingga Gollum mengantar mereka melintasi Rawa-Rawa Mati dan daratan-daratan yang telah rusak, sampai ke Morannon, Gerbang Hitam Negeri Mordor di Utara. Ternyata mustahil bisa masuk lewat Gerbang itu, dan Frodo menerima saran Gollum: agar mencari “jalan masuk rahasia” yang diketahui Gollum, di sebelah selatan di Gunung Bayang-Bayang, di tembok-tembok barat Mordor.
Dalam perjalanan ke sana, mereka ditawan pasukan pengintai bangsa Gondor yang dipimpin Faramir, adik Boromir. Faramir menemukan rahasia misi mereka, tapi Ia berhasil menolak godaan yang membuat Boromir takluk, dan ia melepas kepergian mereka pada tahap terakhir perjalanan mereka ke Cirith Ungol, Celah Labah-Labah; ia memperingatkan mereka bahwa tempat itu penuh bahaya maut, yang belum diceritakan sepenuhnya oleh Gollum pada mereka. Saat mereka sampai ke Persimpangan Jalan, dan mengambil arah menuju kota. Minas Morgul yang mengerikan, kegelapan besar keluar dari Mordor, menyelubungi seluruh daratan. Lalu Sauron mengirim pasukannya yang pertama, di bawah pimpinan Raja para Hantu Cincin: Perang Cincin sudah dimulai. Gollum menuntun kedua hobbit menuju jalan rahasia yang menghindari Minas Morgul, dan dalam kegelapan akhirnya mereka sampai ke Cirith Ungol. Di sana Gollum kembali ke wataknya yang keji, dan berupaya mengkhianati kedua hobbit itu masuk dalam perangkap , penguasa celah tersebut, Shelob, makhluk yang mengerikan. Namun ia terhalang oleh kepahlawanan Samwise, yang menangkis serangan Shelob dan melukainya. Bagian kedua berakhir dengan pilihan Samwise.
Frodo, yang sudah disengat Shelob, tergeletak mati, atau begitulah kelihatannya: misi mereka terpaksa berakhir dengan malapetaka, atau Samwise harus meninggalkan majikannya. Akhirnya Sam mengambil Cincin dan berusaha melanjutkan sendirian misi yang tampaknya sia-sia itu. Tapi tepat saat Ia akan masuk ke daratan Mordor, beberapa Orc datang dari Minas Morgul dan turun dari menara Cirith Ungol yang berfungsi menjaga puncak celah. Dalam keadaan tidak tampak karena memakai Cincin, Samwise menguping percakapan para Orc bahwa Frodo bukan mati, tapi hanya pingsan. Namun sudah terlambat ketika ia mengejar mereka; para Orc menggotong tubuh Frodo ke terowongan yang menuju pintu belakang menara mereka. Samwise jatuh pingsan di depannya ketika pintu itu berdentang tertutup. Buku ini, yang ketiga dan terakhir, akan menceritakan strategi pertarungan antara Gandalf dan Sauron, sampai ke bencana terakhir dan sirnanya kegelapan besar. Tapi mula-mula kita tinjau dulu kisah pertempuran di Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar